Minggu, 27 Juli 2014

ME MYSELF AND I

Tanpa mendiskreditkan orang lain. Bahwa semua manusia di dunia ini mempunyai karakter dan wataknya sendiri2. Kita hanya perlu mendalami karakter diri sendiri, agar pemahaman hakiki tentang kuasa-Nya bisa kita pahami. Allah bilang jika pengen tau siapa Aku, maka kenalilah makhluk-Ku. Siapa yang disebut makhluk-Ku itu, ya tentu aja semua ciptaan-Nya termasuk diri kita sendiri. Ya, kita ini kan juga salah satu ciptaan-Nya. Dan Allah juga bilang bahwasanya Aku dekat bahkan lebih dekat dari batang leher kalian. Ga perlu dijelasin lebih lanjut kan, masa begitu aja kalian engga paham. Tapi ya kalo ga paham, coba belajar lagi deh..

Ana bikin tulisan I Me Myself ini bukan soal teori sosiologi soal tahap perkembangan diri seseorang. Karena jujur aja, ana sendiri termasuk yang engga hapal teori2 yang ana pelajarin.. Hahaha
Ana lebih tertarik mendalami diri ana ini sebagai lahan praktek diri ana buat bisa semakin dekat sama Allah. Betapa Allah Maha Besar, betapa dekatnya Allah melebihi ana berusaha memahami diri ana sendiri.

Setiap orang engga pernah luput dari kesalahan, begitupun ana. Sebagai seorang manusia ana pun punya banyak salah ke orang lain, bahkan ke diri ana sendiri. Kadangkala kita sebagai manusia engga bisa membedakan ada berapa diri didalam diri kita. Kalo ana menyatakan bahwa di dalam diri kita setidaknya ada 3 diri yang berperan membentuk karakter kita. Setidaknya 3 diri ini sebagai penasehat dari jalan apa yang bakal kita ambil.

Yang pertama adalah diri kita yang polos, yang berdiri sebagai diri kita secara lahir dan berbentuk sebagai makhluk. Diri bentuk ini hanya penampakan secara kasat mata yang biasa orang lain lihat di kehidupan. Atau bisa disebut sebagai the outher. Diri bentuk ini adalah hasil eksekusi dari perpaduan dan perdebatan 3 diri di dalam jiwa kita.

Yang kedua adalah diri yang murni dan suci sebagai bentuk ciptaan-Nya yang dirahmati. Diri bentuk ini adalah bentuk interkoneksi langsung dari Allah sebagai penggenggam diri kita. Diri bentuk ini powernya kuat tapi kadang diri bentuk pertama engga menyadari kekuatannya karena beberapa sebab. Biasanya diri bentuk ini bakal kalah suara ketika diri bentuk pertama terlalu sering memakai saran diri bentuk ketiga. Kunci hidup yang dirahmati menurut ana adalah saat kita bisa mendengarkan diri bentuk kedua dan memang diri bentuk ini muncul atas kemauannya sendiri.

Diri bentuk ketiga adalah diri yang pragmatis. Diri yang melihat sesuatu secara logika dan materi. Diri bentuk ini lebih memilih menimbang sesuatu berdasarkan fakta lapangan. Diri ini akan menilai semuanya secara kritis dan logis. Ibaratnya adalah diri yang keras hati dan tameng. Sebentar2 maunya pake bukti.

Dari penjabaran di atas mungkin kalian bakal nyederhanain sebagai aku, malaikat, dan setan. Tapi buat ana engga sesederhana itu. Karena engga selamanya diri ketiga itu selalu salah, eh tapi kalo setan mah udah pasti salah ya..! So jangan disamain.. hahaha..

Entahlah teori diri di sosiologi kaya gimana, ana lupa.. Tapi buat ana teori I Me Myself itu ya begini. I adalah appearence kita di real life kita, bentuk perpaduan dari I Me dan Myself yang saling berkonsolidasi satu sama lain membentuk I yang dilihat orang lain. Me adalah bentuk diri atau 'aku' yang the whole life is me. Aku yang dirahmati Allah. Sementara myself adalah bentuk diri yang keras dan penuh dengan defense. Bentuk diri yang punya jarak sosial kepada manusia lain.

Wallahu alam..

Btw, pagi ini hari terakhir Ramadhan 1435 H.. Maafin ana ya Allah karena belum sepenuhnya baik. Ana belum sepenuhnya menjadi diri yang lurus, yang menjadi I dari bentukan Me.. Semoga ana masih bisa dipertemukan Ramadhan selanjutnya. Atau semoga setelah Ramadhan ini ana bisa hidup selamanya dalam Ramadhan hati-Mu dan mati dalam Idul Fitri ciptaan-Mu.

Selamat Idul Fitri 1435 H untuk kalian semua.. Semoga Allah senantiasa merahmati kalian dan menjadikan kita semua pribadi yang jauh lebih baik lagi. Menjadi pribadi yang jujur terhadap diri sendiri, pribadi yang menjunjung tinggi dedikasi, pribadi yang dirahmati Allah. Yang penting adalah kaya hati, karena pelajaran Ramadhan yang sesungguhnya adalah belajar menjadi si miskin yang kaya akan ketulusan hati. Semoga Allah semakin melembutkan jiwa kita, amin..

Tidak ada komentar:

Posting Komentar