Aduh..
Baru kali ini aku liat wajah
setampan manager di cafe ini..
Itu yang ada di pikiranku.
''Hey Yuki! Kamu qo bengong
sich?''
Tegur Yuna yang bingung
melihat aku memandang ke satu arah tanpa ngedip.
''Tau nich, ngeliatin siapa
sich nich orang!?''
Lanjut Yumi yang ikut-ikutan
marahin aku.
Kami bertiga ini trio Y..
Yah kalian tau lah itu karena
nama kami diawali sama huruf Y semua..
Hahaha
''Engga, itu, um yang berdiri
disana itu..''
Saut aku yang masih terus
mandangin manager itu.
''Siapa sich?''
Yuna berkata sambil
membalikkan wajahnya ke arah belakang punggungnya.
''Owh,, manager yang kerjanya
cuma berdiri doang itu..?''
Yumi ikut-ikutan juga.
Teman-temanku jadi ribut
ngomongin manager itu, tapi
aku tetap saja mandangin cowo
tampan itu..
:-)
Sampai akhirnya manager itu pergi
dan kamipun
memutuskan untuk pulang..
Selama di perjalanan, aku
terus-menerus
memikirkan
manager ganteng di cafe Sno(W)hite tadi. Apa ini yang
dinamain jatuh cinta pada pandangan pertama? Hahaha aku mana tau yang begituan,
pacaran aja belom pernah..
...
Sore ini, sepulang sekolah aku
langsung menuju Sno(W)hite Cafe.
Apalagi kalo bukan buat lihat manager tampan itu. Dan hari ini aku bermaksud
untuk mencari tau siapa namanya.
''Selamat datang..''
Sapa pramusaji perempuan
dengan penuh senyuman.
Kemudian aku diarahkan menuju
sebuah meja di pojok cafe yang menghadap ke arah taman.
''Wuahhh,,indah sekali
disini..''
Aku jadi tertawa-tawa sendiri.
''Terima kasih atas
pujiannya.''
Tiba-tiba suara berat
terdengar dari sebelahku.
''Astaga!''
Spontan aku berdiri karena
kaget.
Orang yang berbicara tadi
adalah si manager itu!
Ya Tuhan..
Si manager itu hanya tersenyum
kemudian melanjutkan pembicaraannya.
''Di bangku ini memang
memiliki view terbaik. Dan orang yang datang sendiri di pagi hari pasti akan
diarahkan menuju meja ini.''
Cukup lama aku terpaku hanya
melihatnya berbicara, sampai kemudian..
''Apa ada sesuatu di wajah
saya?''
''Ah tidak!''
Jawabku dengan terbata-bata.
''Itu,,umm,,aku suka kamu! Ah
tidak! Maksudku aku suka sekali pemandangan disini!''
''Aduhhh,,apa yang telah
kukatakan!''
Bisikku dengan sangat malu.
''Baiklah, apa nona sudah
memutuskan untuk memesan sesuatu?''
Ujar si manager memecah rasa
maluku.
''Itu,,aku pesan lemon tea
saja dulu.''
''Ya Tuhan,,apa yang telah
kukatakan!''
''Tidak,,pasti dia tidak
menanggapinya!''
''Yuki,,kamu harus tenang..!''
Aku menarik nafas panjang agar
lebih rileks.
Apa yang sudah kukatakan tadi
sungguh memalukan. Bagaimana bisa aku to the point bilang suka sama cowo yang
namanya aja belum aku tahu
itu. OMG..
...
''Yuki! Cepat selesaikan
pekerjaanmu!''
Teriak Tante Reika menyuruhku mempercepat
mencuci piring yang setumpuk besar sisa pesta semalam.
“Iya, tan..”
Jawabku sambil
bengong mikirin manager cafe yang suaranya berat itu.
Sampai tiba-tiba
tanpa sadar aku menghela nafas..
“Huuuuuffftt..”
“Hey,, anak gadis qo
pagi-pagi udah menghela nafas aja sich..”
Suara Tante Reika
yang ternyata masih di belakangku..
“Eh tante,,hehehe..”
“Kamu lagi mikirin
apa memangnya..?”
“Sejak tadi tante
perhatikan bengong terus,, ga baik lho..”
Saut tante sambil
tersenyum dan sedikit memijit punggungku yang emang semalam lelah ngerjain
tugas sekolah.
“Engga qo tan,, aku
cuma cape aja.. hehehe”
Sambil terus mencuci
piring yang sepertinya qo tidak selesai juga sejak tadi.
Semalam tante
mengadakan pesta baru pulangnya Om Ruki dari luar negeri. Aku tidak bisa ikutan
nimbrung, selain karena isinya orang-orang tua yaa karena itu.. Tugas yang
tidak selesai-selesai..! DAMN..
---
“Back to reality!”
Pikirku dalam hati.
Rasa penasaran ini
begitu besar,, ingin tau siapa nama manager cafe itu..
“Huaaaaahhhhhh..!”
“Yuu ki.”
Aku menoleh,
ternyata Yumi dan Yuna.
“Gimana, kemarin
sudah dapat nama manager itu..?”
Tanya Yuna
penasaran.
“Ah,, palingan juga
dia engga berani nanya..”
Ledek Yumi yang
jahil.
“Belom dapet sich,,
tapi nanti juga dapet.. wee..”
Jawab aku sambil
julurin lidah ke Yumi.
“Hahahaha,, ya
udah.. Gimana kalo qita langsung kesana aja pulang sekolah?”
Usul Yuna.
Aku sesaat terdiam.
“Ayoooo!”
Jawab Yumi semangat.
“Tapi,, hari ini aku
lagi cekak..”
Jawabku lemas.
“Udahhh,, ayo qita
kesana aja.. Masa kamu ga percaya sama kita sich..”
“Khan ada kitaaa..”
Yumi emang selalu
semangat dalam hal apapun..
“Baiklah..”
Jawabku dengan
semangat.
---
Ngeliat sekeliling
cafe yang nuansanya seperti negeri dongeng ini tetap saja aku tidak menemukan
sosok tinggi tegap dan bening itu dimanapun. Kemana yach manager itu..
“Udah yuk, qita
pulang aja..”
Jawabku lemas tidak
bersemangat.
“Ihh nich anak,, mau
dibantu malah dia engga semangat..”
Bentak Yumi sambil
jitak kepalaku.
“Tapi kan percuma,,
orang yang dicari engga ada..”
Jawabku sambil
memegang kepalaku yang sedikit sakit setelah dijitak Yumi.
“Udah,, tunggu aja
dulu.. Nanti qita bisa tanya sama pelayannya..”
Memang selalu Yuna
yang bisa bersikap dewasa diantara kami bertiga.
“Selamat siang..”
Tegur pelayan dengan
baju lolita yang imut sambil menunjukkan menu cafe di meja kami.
“Hidangan istimewa
kami minggu ini adalah pudding fla jamur.”
Lanjut pelayan
sambil menunjuk gambar di menu.
“Oke, kami pesan
menu itu tiga ya..”
Saut Yuna yang to
the point.
Sambil menunggu
pesanan kami datang, rasanya aku ingin berkeliling melihat taman di cafe ini.
“Aku mau liat-liat
tamannya yach..”
Sambil berdiri aku
ijin pada dua temanku.
“Hee,, kamu duduk
manis aja disini dulu..”
Yumi melarangku
pergi.
“Sebentar aja qo..”
Jawab aku sambil
berjalan menjauhi mereka.
Cafe dengan nama
unik ini, Sno(W)hite, begitu cantik menurutku. Desain ruangannya begitu
minimalis namun begitu unik. Ketika kita masuk ke cafe ini, kita akan disuguhi
pemandangan taman bunga minimalis di kiri dan kanan menuju cafe. Meja tamu ada
di 3 tempat dari cafe ini. Sebelah kiri dan kanan sebelum pintu masuk.
Pemandangan yang bisa dilihat dari sudut ini adalah taman minimalis dan lalu
lalang orang di jalan. Sedangkan di bagian dalam cafe, suasana rumah zaman dahulu
sangat terasa. Sebagian besar interior terbuat dari kayu yang difurnish
mengkilap. Namun suasana dongeng tetap terasa dengan berbagai aksesoris ruangan
seperti tungku pembakaran dengan cerobong asap. Meja dan bangku yang terbuat
dari kayu dibuat sedemikian rupa seperti yang digunakan para kurcaci di dongeng
Putri Salju. Dan bagian yang paling aku suka adalah taman kecil di belakang
cafe. Beberapa hari yang lalu aku bertemu dan berbicara sebentar dengan manager
cafe disana.
“Hehehe..”
Mengingat kejadian
memalukan berberapa hari yang lalu itu membuat aku tersipu-sipu sendiri.
Tapi dimana-mana aku
tidak melihat sosok itu. Dan aku sedikit sedih, kenapa aku tidak bisa menemukan
sosok itu. Huhuhu..
Saat aku ingin kembali
ke meja, dari kejauhan aku lihat Yumi dan Yuna sedang marah-marah pada dua
pelayan cafe.
“Kalian bilang ini
menu istimewa, tapi dimana istimewanya?!”
Bentak Yuna pada dua
pelayan wanita yang terlihat bingung dan saling melihat satu sama lain.
“Iya,, apanya yang
istimewa..! Enak juga engga..!
Tambah Yumi yang
ikut-ikutan marah.
Aku dari jarak yang
cukup jauh memperhatikan mereka. Aku lihat dua pelayan itu sangat bingung. Dan
pada saat aku berjalan menuju kesana tiba-tiba,, datanglah sang manager cafe.
“Maaf, ada yang saya
bisa bantu”
Ucap kakak manager
dengan penuh sopan santun. Sementara aku hanya memandangi mereka dari kejauhan
saja.
“Menunya engga enak!
Katanya menu spesial tapi malah sama sekali engga enak rasanya! Cuma harganya
doang yang mahal!”
Bentak Yuna sambil
ngeluapin emosinya. Sementara Yumi sambil memegang pundak Yuna hanya
mengangguk-angguk mengiyakan perkataan Yuna.
“Tidak enaknya
bagaimana ya nona..? Bisa dijelaskan dengan rinci..? Sebab pembuatan hidangan
yang ada di Cafe kami semuanya telah melalui uji coba..”
Yuna malah memotong
pembicaraan si kakak manager ganteng itu.
“Tapi rasanya tuch
aneh,, enggak ada enaknya sama sekali! Iya kan Yumi?!”
“Iya betul,, rasanya
jadi engga karuan.. puding kan manis.. tapi dicampur sama fla jamur.. Dari
namanya aja udah aneeeh..” saut Yumi tetap dengan gaya imutnya.
Perasaan,
kemarin-kemarin pas mereka nyobain puding itu respon mereka biasa-biasa aja.
Tidak ada komen yang aneh-aneh. Lagian juga aku udah pernah nyobain puding dan
rasanya enak-enak aja kok.
“Ya udah kalo gitu.
Kamu managernya kan?”
Yumi sambil menunjuk
kakak manager ganteng.
“Siapa nama kamu?
Besok-besok kalo engga enak saya bakal aduin atas nama kamu.”
Dengan senyum simpul
yang elegan, kakak manager itu menyebutkan namanya.
“Nama saya Shiro,
Makoto Shiroi.”
“Dengan senang hati
silahkan anda melaporkan saya sebagai manager Snow White Cafe seandainya besok
pelayanan kami kurang memuaskan.”
“Dan terima kasih
banyak atas kritik anda ini, namun lain kali bila ingin mengkritik ada baiknya
dicoba dulu pesanannya.”
Sambil tersenyum
menahan tawa manager itu pergi meninggalkan meja, meninggalkan dua temanku yang
rona wajahnya langsung berubah.
“Apa sich yang
kalian lakukan?!”
Aku menghampiri
mereka yang setelah ditinggal manager ganteng itu keliatan sangat aneh mukanya.
“Aduh Yuki, udah yuk
kita pulang. Nanti aja ceritanya. Aku malu nich.”
Bisik Yuna yang
sambil berdiri dan menutupi wajahnya dengan tas selempang coklat miliknya.
“Iya, kamu gih yang
bayar ke kasir. Kita tunggu di luar aja yach.”
Saut Yumi sambil
menarik Yuna kelar cafe, meninggalkan aku yang sama sekali bingung dengan apa
yang terjadi.
Aku benar-benar
bingung dengan apa yang terjadi barusan. Sebenarnya ada apa yach..
Sambil terus berfikir
aku sampai di kasir cafe yang ternyata ada manager ganteng itu!
“Meja 8 jadi berapa
ya billnya..?”
Ucapku pada pelayan
kasir sambil menyiapkan dompet Yumi yang tadi sudah diserahkan padaku.
Saat aku hendak
menyerahkan sejumlah uang pada pelayan kasir, aku sadar bahwa kakak manager
ganteng itu sedang memandangi aku sejak tadi! Oh GOD,, rasanya kenapa malu
banget yach!
Dengan sedikit
gemetaran aku menyerahkan sejumlah uang pada pelayan kasir. Ketika setelai
tiba-tiba kakak manager itu menyuruh si pelayan untuk pergi kemudian dia
berdiri tepat dihadapanku!
“Dua orang itu teman
kamu ya?”
Tanya kakak manager
padaku.
“Eh, um, i..iya.”
Jawabku gugup dan
sedikit terbata-bata.
Lalu tiba-tiba ia
tersenyum sambil berkata.
“Yang ingin tahu
siapa namaku itu kamu kan?”
“Apa?”
Aku kaget sekali. Lalu dengan gugup aku berusaha terlihat tenang.
“Kenapa aku harus tau nama kakak, a-aku kan ga perlu itu..”
Aduuhh,, sebenernya apa yang terjadi sich.. Yumi dan Yuna melakukan apa
sebenarnya.
Ya Tuhan, dia
tersenyum! Pikirku dalam hati saat melihat dia tersenyum manis menanggapi
perkataanku.
“Kalo mau tau
namaku, tanyakan saja pada kedua temanmu itu.” Jawabnya santai sambil menerima
uang dariku dan memproses tagihan kami.
“E-eh, umm, iya.”
Sungguh aku bingung, tapi aku iya-iya saja.
“Terimakasih atas
kunjungannya. Ditunggu kedatangannya kembali.” Jawabnya lagi-lagi dengan senyum
yang begitu menakjubkan. Ahh, benar-benar membuat meleleh rasanya.
---
“Pagiiii..” Sapa
Yumi centil sambil memelukku dari samping.
“Pagi..” Jawabku
datar.
“Kamu kenapa Yukiku
sayaaaang..?” Tanya Yuki sambil melepas pelukannya.
“Kamu sakit?”
“Tidak ada apa-apa.”
Jawabku singkat sambil berjalan gontai meninggalkan Yumi yang kebingungan.
Semalam Om Ruka
memberitahuku bahwa beliau akan pergi keluar negeri lagi untuk urusan pekerjaan.
Aku sich sudah terbiasa dengan kehidupan Om Ruka yang seperti ini, sudah sejak
dari awal aku mulai tinggal bersama mereka. Tante Ayumi yang merupakan pasangan
hidup Om Ruka saja sudah sangat terbiasa dengan suaminya yang workaholic itu. Yang
jadi masalah adalah, perjalanan bisnis kali ini waktunya lama. Om Ruka
menerangkan padaku bahwa beliau akan keluar negeri untuk waktu setahun lamanya.
Dan karena itu Om Ruka akan membawa istrinya pula kesana. Dan apakaaaaaahhh? Bagaimana
nasib akuuuu...???
“Yuki?” Colek Yuna
dari belakang.
“Kamu ada masalah
yach? Yumi bilang dari pagi kamu engga semangat?”
“Ada masalah soal
manager Show White itu?” Tambah Yuna terus menerus menghujaniku dengan
pertanyaan.
“Bukan kok, bukan
soal Ka Shiro.” Jawabku sambil meletakkan dagu di meja.
“Terus kenapa kamu
ga semangat begini, kita kan jadi bingung..” Saut Yumi ikutan nimbrung sambil
duduk di sebelahku.
“Hufff..” Aku
menghela nafas sebelum menceritakan detil permasalahanku pada dua orang
sahabatku ini.
“Terus yang kamu
permasalahin apa..?” Tanya Yumi sambil mengangkat bahunya.
“Bukankah justru
enak kalo engga ada Om Tante di rumah? Artinya kamu bisa lebih bebas!” Sambung
Yumi dengan semangat.
“Tentu saja ada
masalah, apa aku sanggup hidup sendirian di rumah itu?”
“Kalian kan tau kalo
aku penakut..” Jawabku lemah.
Yaa,, aku adalah
seorang yang penakut. Untuk rumah sebesar milik Om Ruka, jujur saja aku takut
apabila hanya tinggal seorang diri. Rasanya begitu menakutkan bila membayangkan
bahwa tiap malam aku harus tinggal seorang diri di rumah itu. Dan itu membuatku
depresi. Aku tak tau harus bagaimana.
*to be continued